Dalam komunikasi sehari-hari, baik dalam dunia akademik maupun dalam kehidupan awam, kita sering mendengar istilah “politik luar negeri”. Terminologi ini digunakan untuk mendefinisikan interaksi suatu negara dengan entitas di luar negeri, terutama dalam konteks bilateral atau multilateral.
Saya tiba-tiba terdorong untuk “menggugat” istilah ini setelah menyadari bahwa istilah ini ternyata merupakan terjemahan dari bahasa Inggris untuk “Foreign Policy” dan bukan “Foreign Politics”. Literatur-literatur teoritis yang dijadikan rujukan semuanya menggunakan istilah foreign policy. Lalu, kita mengartikannya dalam bahasa Indonesia sebagai politik luar negeri.
Ada tiga pertanyaan besar yang hendak saya ajukan. Pertama, jika memang ada “politik luar negeri”, maka apakah ada politik dalam negeri? Tentu kita asing sekali dengan istilah politik dalam negeri ini.
Kedua, apakah benar mengartikan “foreign policy” sebagai politik luar negeri? Bukankah pemaknaan yang lebih tepat adalah “kebijakan luar negeri“?
Ketiga, pernah kita menemukan suatu grand theory tentang politik luar negeri? Bukankah teori-teori yang selama ini kita adopsi dan kembangkan adalah teori-teori kebijakan luar negeri? Sebut saja teori pengambilan keputusan (decission making theory), atau two level game theory, umumnya dikembangkan dari konsepsi foreign policy dan bukan foreign politics?
Coba kita perhatikan buku-buku text yang ditulis para ahli berikut ini:
James N. Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy, 2nd ed. (London, 1980).
Yaacov Y. I. Vertzberger, The World in Their Minds: Information Processing, Cognition and Perception in Foreign Policy Decision Making (Stanford, Calif., 1990).
Alexander George, Bridging the Gap: Theory and Practice in Foreign Policy (Washington, D.C., 1993).
David Campbell, Writing Security: United States Foreign Policy and the Politics of Identity, rev. ed. (Minneapolis, 1998).
Christopher Hill “Foreign Policy” The Oxford Companion to the Politics of the World, 2e. Joel Krieger, ed. Oxford University Press Inc. 2001. Oxford Reference Online. Oxford University Press.
Semua buku itu menggunakan istilah foreign policy. Tetapi mengapa kita mengartikannya sebagai politik luar negeri dan bukannya kebijakan luar negeri? Tentu saja, kebiasaan kita dan penerimaan dengan pasrah yang selama ini memenjarakan kita perlu kembali didiskusikan.
Atau, mungkinkah ada penjelasan masuk akal tentang kebenaran menggunakan istilah politik luar negeri Indonesia?***