Hari ini saya membaca berita di koran-koran, Iron Maiden baru saja menyelesaikan konser The Final Frontier World Tour 2011 di Jakarta. Lebih 25 ribu troopers (sebutan untuk para fans Iron Maiden) memenuhi Panggung Karnaval Ancol, Jakarta. Wow, kalau saja punya banyak duit saya akan usahakan bisa hadir di konser ini. Tapi, itu hanya “kalau”…
Iron Maiden adalah salah satu icon jaman saya masih muda, terutama saat-saat SMU dan ketika kuliah. Model font pada lambang Iron Maiden sangat populer ketika itu. Saya saja mempunyai 6 lembar baju kaos oblong dengan motif Iron Maiden di bagian depan. Tentu saja warnanya harus hitam…:)
Mereka, para personil Iron Maiden, tentu sudah berusia lanjut sekarang ini. Pada saat didirikan tahun 1975, mereka adalah anak-anak muda dijamannya. Steve Harris, sang basis yang menjadi pendiri dan anggota paling lama bertahan, ketika mendirikan Iron Maiden baru berusia 21 tahun. Jadi, sekarang ini dia tentu sudah berusia 55 tahun.
Konon, logo dan atribut font Iron Maiden (dan juga namanya sendiri), diinspirasi dari film The Man in The Iron Mask yang diadopsi dari novel Alexander Dumas. Tentu saja, Harris memperoleh inspirasi ini dari film edisi perdana yang dibintangi oleh Richard Chamberlain, bukan edisi re-make yang dibintangi oleh Leonardo di Caprio.
Pada dekade 1980-an adan awal 1990-an, Iron Maiden adalah simbol bagi banyak anak muda. Mungkin karena orang-orang dibatasi untuk urusi politik seperti sekarang, sehingga musik-musik aliran Heavy Metal sangat populer. Sepertinya, dengan mendengar atau menyanyikan lagu-lagu jenis ini, ada perasaan kemarahan yang tersalurkan.
Maka, Iron Maiden dan band-band seangkatannya begitu dikenang. Pada masa-masa awal aliran ini, ada Led Zeppelin, Black Sabbath, Deep Purple (nah ini band favorit saya). Lalu pada dekade 1970-an itu lahir Judas Priest (yang dipengaruhi blues), Iron Maiden (yang disebut the New Wave in Heavy Metal), dan Motor Head (yang memperkenalkan aliran punk rock).
Di era 1980-an, lahir Motley Crue (dengan gaya heavy metal) dan Metallica (dengan aliran trash metal-nya). Tidak ketinggalan band-band underground atau yang populer dengan subculture, seperti Sepultura, Alice Cooper, Kiss, juga Def Leppard.
Wah, ternyata daftar ini masih bisa lebih panjang lagi. Saya perlu menggali lebih banyak memory untuk mengumpulkan lagi bacaan di majalah Hai dekade 1980-an akhir itu.***