Rabu (19/12/2018) Rocky Gerung hadir di Makassar. Dia membawakan kuliah umum dengan topik menggelitik “Dari Timur Terbit Akal Sehat” di Kampus Universitas Bosowa (Unibos). Saya tidak sempat hadir, karena tanggung jawab tugas di Unhas yang bertepatan acara Wisuda. Padahal, moderator kuliah umum Rocky Gerung adalah teman saya Arief Wicaksono, Dekan FISIP Unibos.

Publik, terutama anak-anak muda yang jiwa kritisnya sedang berkobar-kobar, kebanyakan gandrung dengan kalimat-kalimat Rocky. Sosok cerdas yang berani mengeritik rejim Jokowi secara terbuka, blak-blakan, dan berbobot. Narasi dan diksi yang digunakan Rocky, ditambah gesture dan gaya khas dalam berbicara, menghipnotis banyak kaum muda yang sedang doyan-doyannya pada perubahan.

Belakangan ini saya lebih senang melihat apa yang dilakukan ketimbang apa yang dikatakan Rocky. Pada iklim politik jelang Pilpres yang hanya menyediakan dua pasangan kandidat, mau tidak mau polarisasi terjadi. Rocky yang menghabiskan hampir seluruh energi berpikirnya untuk mengkritik kepresidenan Jokowi, otomatis dianggap pendukung Prabowo. Ia tidak bisa lagi memposisikan diri sebagai pengamat tidak berpihak. Ia kadung dicap sebagai pendukung Prabowo.

Tentu saja ada perbedaan signifikan antara “mendukung Prabowo” dan “mengkritik Jokowi”. Artinya, banyak pendukung Prabowo yang tidak mengkritik Jokowi. Atau sebaliknya, banyak pengkritik Jokowi yang tidak mendukung Prabowo. Tetapi untuk sementara, argumentasi logis terkait hal ini sebaiknya dikesampingkan dulu. Polarisasi demikian ketat, dipanas-panasi oleh sosial media, dan terus disulut oleh politisi-politisi, entah sadar atau tidak.

Maka lama-kelamaan, Rocky semakin kental dengan tudingan sebagai pendukung Prabowo. Padahal, yang ia lakukan (dan berkali-kali ia katakan), dirinya adalah pengkritik kepresidenan Jokowi. Bagi Rocky, rejim berkuasa memang harus dikritik, sebab itulah tugas demokratis.

Jelang Kuliah Umum Rocky di Makassar

Pada bulan April 2018, seorang tokoh politik nasional asal Sulawesi Selatan, Akbar Faizal, terlibat “perseteruan” dengan Rocky Gerung. Di acara ILC TV One (10 April 2018) perbedaan pendapat keduanya bermula. Topiknya tentang “Kitab Suci Fiksi” yang sempat trending. Perbedaan pendapat berkembang menjadi panas setelah Rocky Gerung secara terbuka di Metro TV (Q&A 24 April 2018) menyebut nalar Akbar Faizal dungu. Akbar Faizal meradang di twitter. Akbar menyebut Rocky pembohong dan manipulatif. Rocky membalasnya dengan menyebut Akbar adalah politisi gagal akal.

Hari Sabtu, 15 Desember 2018, kabar Rocky Gerung akan ke Makassar mulai terdengar. Teman-teman di Unibos mulai menyebarkan flayer rencana tersebut. Sudah lama wacana mengundang Rocky ke Makassar. Kali ini teman-teman di Unibos berhasil menghadirkannya.

Tanggal 18 Desember, Rocky benar-benar ada di Makassar. Malam harinya ada acara ILC TV One, dimana Rocky diundang sebagai salah seorang nara sumber. Juga hadir di forum itu Akbar Faizal, plus Ali Mochtar Ngabalin. Maka, hadirlah Rocky melalui teleconference dari Makassar.

Saya pribadi merasa Akbar seolah terintimidasi. Rocky berada di Makassar, yang secara psikologis merupakan “teritori” Akbar. Hal yang sama juga tampak dari sisi Ngabalin. Ia bahkan menyebut, Anda berada di daerah saya. Ngabalin memang bisa berubah-ubah jadi orang Makassar, orang Papua, bahkan bisa jadi orang Buton. Perubahan sepetinya akrab dengan Ngabalin.

Maka, debat ILC TV One memanas. Akbar bahkan mengklaim membawa rekaman video tentang sosok Rocky Gerung yang manipulatif dan ingin ia tampilkan. Menurutnya, sebagaimana dilansir beberapa media online, TV One dan Karni Ilyas tidak mengizinkannya. Sebaliknya, Rocky bahkan menantang Akbar untuk mengiklankan saja video tersebut di Metro TV.

Perseteruan atau tepatnya “kejengkelan” Akbar Faizal terhadap Rocky Gerung ditunjukkan dengan simbol kampungan dan kekanak-kanakan. Pada saat akan berbicara menyerang Rocky, Akbar berdrama seolah lupa nama Rocky. Saya yang melihat rekaman tayangan ILC itu mentertawakan drama Akbar Faizal ini. Lucu.

Di salah satu grup WhatsApp, seorang senior menyebarkan foto-fotonya bersama Rocky. Ada tambahan informasi darinya “ditugasi Aksa Mahmud mendampingi Rocky Gerung di Makassar”. Saya percaya kata senior ini. Dia memang pergaulannya di level itu. Rocky menginap di Hotel Novotel, kuliah umum di Universitas Bosowa. Wartawan melaporkan, ia menggunakan mobil DD 23 AM. Semua itu milik Aksa Mahmud.

Rocky Gerung dan Aksa Mahmud

Karena ada nama Bapak Aksa Mahmud, maka saya lebih senang mengutak-atik hal-hal tersirat dibalik kedatangan Rocky ke Makassar. Sebagai tokoh pengusaha dan politisi senior, Aksa Mahmud adalah “pengatur” di belakang layar. Beliau berperan dalam banyak momen-momen penting politik di negeri ini, tanpa pernah menampilkan diri. Tentu saja, kita banyak mengetahui peran-peran itu dari bisik-bisik.

Apa yang menghubungkan Rocky Gerung dan Aksa Mahmud? Tidak ada jejak digital yang bisa menjelaskan adanya kedekatan atau interaksi antara keduanya pada waktu-waktu yang lalu. Kalau begitu, apa yang menghubungkan keduanya?

Maka berbagai spekulasi pun bermunculan. Apalagi iklim politik Pilpres sedang hangat menjelang panas.

Wapres Jusuf Kalla secara terbuka menyatakan dukungan kepada Jokowi. Sementara Aksa Mahmud dan Pak JK adalah tokoh yang tidak bisa dipisahkan. Publik tentu bertanya-tanya, ada apa?

Munculnya nama Aksa Mahmud dibalik kehadiran Rocky Gerung ke Makassar juga bisa dikaitkan dengan konstalasi Wagub DKI Jakarta paska ditinggal Sandiaga Uno. Nama Erwin Aksa termasuk salah satu figur yang digadang-gadang untuk posisi itu. Sementara itu, Gerindra dan Prabowo masih menjadi faktor penting. Apalagi, belakangan terkuak bagaimana determinasi Aksa Mahmud mendukung pasangan Anies – Sandi saat Pilgub DKI.

Spekulasi lain bisa juga dikaitkan dengan konteks politik lokal. Pada Pilwali Makassar 2018, Aksa Mahmud dipermalukan. Menantunya dikalahkan oleh kotak kosong. Walikota Danny Pomanto, yang sekarang mendukung terbuka Jokowi, adalah satu-satunya tokoh publik yang sujud syukur ketika kotak kosong menang.

Mengingat Rocky Gerung adalah pengkritik utama Joko Widodo, maka ia sering dijadikan simbol representasi pendukung Prabowo. Kehadirannya di Makassar dengan fasilitasi total dari Aksa Mahmud, mau tidak mau menyeret persepsi publik bahwa Aksa Mahmud sedang menentukan posisi politiknya dalam Pilpres 2019 ini.(*)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *