Sejak beberapa waktu terakhir, saya kepikiran untuk menggunakan Chromebook, yang mengusung sistem operasi Chrome OS. Diantara beberapa merek perangkat yang tersedia di pasaran, nampaknya Google Pixel 12 i7 menjadi perhatian dan minat saya. Meskipun sistem operasi ini sedang menjadi sorotan gara-gara isu korupsi yang menyeret mantan Menteri Nadiem Makarim, namun saya lebih tertarik pada kegunaan dan penggunaan.
Chrome OS, yang ditanamkan pada perangkat Chromebook, adalah sistem operasi yang dikembangkan oleh Google. Diumumkan pertama kali pada 2010, Google pada awalnya menggandeng pabrikan laptop Asus dan ACER untuk menyiapkan perangkat kerasnya. Pada 2012, Google memperkenalkan seri pertama Pixelbook, sebagai perangkat yang membawa sistem operasi berbasis internet ini.
Popularitas Chromebook, baik produksi Google maupun pabrikan laptop lainnya, semakin meningkat. Kinerjanya yang handal untuk aktivitas rutin menggunakan laptop, ditambah harga yang relatif sangat murah, menjadi faktor pendukung penerimaan publik. Dunia pendidikan menyukainya, terutama di negara berkembang.
Mengapa Chromebook?
Alasan saya ingin kembali menggunakan Chromebook OS terkait kebutuhan, kecepatan, dan penghematan. Dalam aktivitas sehari-hari, saya menggunakan komputer 90% untuk mengetik text, membuat grafik, tabel, cari informasi, dan olah data sederhana. Artinya, saya hanya membutuhkan Microsoft Word, Excel, internet browser.
Sementara laptop dan aplikasi bawaan umumnya dipenuhi macam-macam aplikasi yang sebagian besar tidak terpakai. Akibatnya, laptop menjadi berat dan lambat berproses.
Sementara itu, Chromebook OS menawarkan penggunaan aplikasi secara daring, sehingga tidak perlu terinstal di laptop. Maka, kinerja laptop menjadi jauh lebih cepat.
Menggunakan laptop seharga belasan bahkan puluhan juta, namun melakukan pekerjaan yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan laptop seharga 3 jutaan saja.
Jadi saya berpikir, mungkin saatnya berpikir realistis. Memakai perangkat sesuai kebutuhan saja.(*)