Akhir-akhir ini, seringkali kita temukan nama seseorang tertulis pada paper cup (gelas kertas) yang digunakan oleh cafe-cafe. Salah satu praktek menulis nama kita di Paper Cup kopi telah dilakukan oleh Starbucks. Belakangan, saya temukan J.Co juga melakukan hal sama.
Motifnya mungkin ingin memastikan pesanan pelanggan tidak tertukar. Sehingga, pada saat memesan dan membayar pada kasir, pelanggan akan ditanya siapa namanya. Kemudian, pada saat pesanan kita tiba, waiter atau pelayan akan meneriakkan nama kita.
Akan tetapi, ulah meneriakkan nama kita itu, bagi sebagian orang, adalah hal tidak menyenangkan. Bayangkan, seluruh pengunjung kafe jadinya mengetahui nama kita. Belum lagi, nama kita yang diteriakkan itu tertulis juga pada Paper Cup minuman yang kita pesan. Ketika minuman habis, paper cup itu akan berakhir di tempat sampah.
Di gerai-gerai Starbucks di Kyoto, penerima pesanan yang juga berfungsi sebagai kasir tidak lagi meminta nama pelanggan. Di sana berlaku first in, first serve, first enjoy. Jadi, pertama-tama kita akan menuju kasir, memesan dan membayar, lalu menuju sudut pengambilan pesanan. Standar operasinya demikian.
Jadi, apakah kita memesan minuman yang butuh waktu dalam proses penyiapannya (seperti caramel frappuccino), maupun minuman yang tinggal dituang saja karena telah disediakan sebelumnya (seperti drip coffee), kita akan dilayani berdasarkan urutan memesan.
Mungkin karena orang Jepang punya tradisi antri yang kuat, maka sistem ini berjalan baik. Entahlah kalau diterapkan di Indonesia. Karena pada semua gerai Starbucks yang pernah saya kunjungi di tanah air masih selalu menanyakan nama saya.
Pagi ini saya mampir minum kopi di J.Co. Saya selalu memesan kopi agar tidak disajikan pada paper cup, tetapi pada cangkir selayaknya kopi. Kasir masih juga bertanya: “atas nama siapa, pak?”. Tentu saja saya tidak memberi nama saya pada orang asing… Hehe… Jadi saya bilang: “Jokowi saja, pak”. Dan itulah yang tertulis di struk.
Setelah itu saya meninggalkan kasir dan menunggu agak jauh. Gerai J.Co Atrium ini cukup ramai. Saya berniat iseng. Jika nanti waitres berteriak memanggil nama “Jokowi!”, saya akan pura-pura tidak dengar. Pasti akan meneriakkan nama “Jokowi” beberapa kali.
Begitu giliran kopi pesanan saya siap, pelayan itu dengan lantang berteriak: “Bapak yang mengaku Jokowi!!!”. Aduh… 😀