Ini berita di Asahi Shimbun hari ini: “Parlementary Secretary Drinks Water from Fukushima Plant”. Dan betul. Yashuhiro Sonoda, sekretaris parlemen Jepang, kemarin meminum air yang berasal dari reaktor nuklir No. 1 di Fukushima, yang beberapa waktu lalu terkontaminasi radiasi, setelah mengalami kebocoran akibat tsunami 11 Maret 2011.
Ceritanya berasal dari konferensi pers yang digelar TEPCO (PLN-nya Jepang) tanggal 10 Oktober 2011 lalu, diumumkan bahwa air dari Fukushima telah diproses dan sekarang berada pada level aman untuk dikonsumsi. Seorang freelace writer mengatakan ketika itu: “Hingga kini kami masih dilarang memasuki areal reaktor nuklir No. 1 di Fukushima. Jadi, kami harus percaya pada apa yang dikatakan TEPCO. Kenapa Anda tidak membagikan saja air itu di gelas dan biarkan orang-orang disini meminumnya?”.
Saat itu tidak ada sampel air yang dibawa. Tetapi, pada tanggal 13 Oktober 2011, dalam jumpa pers bersama oleh TEPCO dan pejabat pemerintah, pertanyaan yang sama kembali dimunculkan oleh freelance writer lainnya: “Naoto Kan dulu memakan lobak (radish sprout, ini betul lobak kan? hehe…) untuk membuktikan bahwa telah aman dari bakteri E.Coli. Sekarang TEPCO menyatakan bahwa air dari Fukushima sekarang telah aman untuk diminum. Kenapa Anda tidak meminumnya untuk membuktikan kepada kami?”.
(Naoto Kan adalah mantan perdana menteri Jepang yang baru saja digantikan oleh Hoda pada September lalu. Tahun 1996, ketika beliau masih menjabat Menteri Kesehatan, kasus bakteri E.Coli ini muncul. Tindakan cepat diambil. Lalu untuk membuktikan bahwa tanaman tersebut telah aman, Kan memakan lobak yang diduga mengandung e.Coli tersebut).
Sonoda yang hadir di konferensi pers itu menjawab: “Saya tidak akan meminumnya jika masyarakat berpikir itu hanya untuk aksi publisitas. Tetapi jika Anda meminta, saya akan meminumnya”.
Dan, Senin 31 Oktober 2011, Sonoda membuktikan kata-katanya. Dalam jumpa pers bersama oleh TEPCO dan pejabat pemerintah (yang rutin dilakukan dua minggu sekali sejak terjadinya bencana tsunami Maret lalu), Yashuro Sonoda meminum setengah gelas air dari reaktor nuklir di Fukushima. Air itu berasal dari reaktor No. 5 dan No. 6 yang disimpan dipenampungan no. 1. Pemerintah lokal dan koperasi nelayan terus mengkhawatirkan keamanan air tersebut.
Meskipun TEPCO telah melakukan upaya memproses air tersebut agar memenuhi standar aman yang telah ditetapkan, namun kekhawatiran masih saja muncul. Apalagi, hingga kini reaktor nuklir No. 1 di Fukushima masih dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi wartawan. Wajar jika ada yang meragukan pernyataan resmi TEPCO bahwa air tersebut telah aman.
Lagi-lagi, kita menemukan contoh nyata betapa bertanggung jawabnya pejabat publik di Jepang dengan pernyataan yang mereka keluarkan. Tentu, kita tidak akan (atau sangat-sangat jarang) menemukan ada kebohongan publik disini. Setiap pejabat siap bertanggung jawab dengan kata-katanya.
Meminum air yang mengandung radiasi nuklir tentu mengandung resiko besar. Sonoda tidak akan melakukan itu jika ia tidak yakin dengan keamanan air tersebut. Artinya, TEPCO dan pemerintah menyatakan air telah aman, karena benar-benar telah aman. Bukan untuk menenangkan atau menyenangkan warga.
Apakah masih ada contoh seperti ini dari pejabat publik kita di Indonesia? Yang saya tahu, pejabat publik kita, para politisi kita, hanya rajin membuat pernyataan. Soal benar tidaknya urusan belakangan. Kalau terbukti mereka berbohong, maka ada banyak cara untuk ngeles. Toh, masyarakat kita cepat lupa dan mudah memaafkan… Ironis!